Orkestrasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam Bingkai Pembelajaran Kolaboratif Daring Asinkron

Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia > Berita > Orkestrasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam Bingkai Pembelajaran Kolaboratif Daring Asinkron

Pembelajaran kolaboratif daring asinkron merupakan strategi pembelajaran aktif dan kolaboratif dengan ‘pertemuan’ berbantuan teknologi terselenggara secara asinkron. Komponen utamanya adalah interaksi. Tanpa interaksi mahasiswa merasa terisolasi. Dengan interaksi, mereka merasa hadir bersama-sama meskipun berada di ruang dan waktu berbeda. 

Dengan menuliskan gagasan pada forum, mahasiswa menyadari pengetahuannya sehingga lebih eksplisit. Dalam forum diskusi daring asinkron berbasis teks, ada jeda waktu untuk mempersiapkan tanggapan yang berkualitas. Isi diskusi terekam dengan baik, sehingga dapat dibaca dan ditelusuri lagi sehingga pemahamannya lebih utuh. Dalam pembelajaran kolaboratif berbasis teks, Dosen dapat mengidentifikasi kesulitan belajar dan mendiagnosis kesalahan pemahaman konsep melalui transkrip diskusi. Transkrip diskusi merupakan sumber data yang kaya untuk diteliti. 

Kolaborasi membuka peluang saling memberi umpan balik, sehingga memperkaya sudut pandang. Pembelajaran kolaboratif daring asinkron merupakan lingkungan pembelajaran positif, memupuk kemampuan berpikir kritis, menyuburkan jiwa kepemimpinan dan toleransi, meningkatkan rasa percaya diri, mengurangi kecemasan, meningkatkan capaian belajar, mendorong keterlibatan dan berbagi strategi belajar.  Kolaborasi dalam pembelajaran memupuk disposisi intellectual humility, kerendahan hati secara intelektual. Di sisi lain, forum diskusi asinkron berbasis teks memerlukan keterampilan tersendiri karena tidak adanya bantuan non-verbal seperti raut wajah, intonasi suara, dan bahasa tubuh. Hal tersebut dapat menimbulkan kesenjangan komunikasi. Jeda waktu menunggu umpan balik rawan menurunkan motivasi belajar. 

Aspek utama pembelajaran daring asinkron yang paling banyak menarik perhatian peneliti adalah potensinya mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Kerangka kerja yang diadopsi secara luas memandu pelaksanaan OCL dan sebagai konstruk penelitian adalah Model Community of Inquiry (C0I) . Kerangka kerja CoI menjelaskan proses belajar kolaboratif daring yang mendalam sebagai dinamika kehadiran sosial (social presence), kehadiran kognitif (cognitive presence), dan kehadiran pengajaran (teaching presence). Kehadiran sosial terjadi ketika mahasiswa hadir secara alami dan tulus. Garrison et al. (2000)

Kehadiran pengajaran merupakan kontribusi anggota kelompok menjaga keberlangsungan diskusi dalam mencapai tujuan bersama. Kehadiran pengajaran adalah tanggung jawab bersama dosen dan mahasiswa. Kehadiran kognitif merupakan operasionalisasi berpikir kritis. Kehadiran kognitif wujud dari proses mendefinisikan masalah (triggering event), menggali gagasan dan informasi (eksplorasi), membentuk makna (integrasi) melalui analisis, sintesis gagasan, pengaitan antar konsep, serta membuktikan kebenaran solusi atau menerapkan pengetahuannya pada konteks yang baru (resolusi) (Garrison & Arbaugh, 2007). 

Kajian di bidang pendidikan sesuai amanat Norma Akademik UI Pasal 27 Ayat (5) yaitu: ‘Penyelenggaraan pendidikan perlu dikembangkan melalui kajian ilmiah’.  Gagasan ‘Penyelenggaraan pendidikan perlu dikembangkan melalui kajian ilmiah’ dimotivasi oleh butir pertama Misi UI, yaitu: ‘menyediakan akses yang luas dan adil, serta pendidikan dan pengajaran yang berkualitas’ dan dilandasi kesadaran bahwa penyelenggaraan pendidikan akan diuji dengan berbagai tantangan. Kajian ilmiah dalam penyelenggaraan pendidikan semakin penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. 

Best practice penyelenggaraan pembelajaran menjadi peluang kontribusi dalam pengabdian pada masyarakat. Sebagai contoh program untuk penguatan kesiapannya dosen perguruan tinggi mitra dalam menerapkan pembelajaran kolaboratif daring. Kegiatan ini mempunyai dampak strategis bagi UI dan perguruan tinggi mitra. Ini merupakan ajang berbagi best practice dalam pembelajaran dan educational research serta membangun jaringan dalam merekatkan persatuan. 

Seiring dengan berkembangnya e-Learning di Indonesia, penelitian di bidang pendidikan banyak mengarah pada kajian e-Learning. Pada Scimago country ranking bidang e-Learning 2022, Indonesia berada pada urutan 23 dari 177 tingkat dunia. Di tingkat Asia, Indonesia berada pada urutan 8 dari 27 menggeser Singapura yang pada 2021 berada di urutan 8 dan Indonesia di posisi 9. Tercatat sebanyak 771 dokumen penelitian bidang e-Learning dihasilkan peneliti Indonesia.  Laboratorium Digital Library and Distance Learning (DL2) Fakultas Ilmu Komputer UI merupakan salah satu penyumbang publikasi di bidang e-Learning.   Peluang kajian e-Learning di level UI dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok kajian: memaknai data di LMS untuk peningkatan mutu pengajaran dan publikasi, inovasi pengayaan LMS dan AI untuk pendidikan.

(1) memaknai data di LMS untuk peningkatan mutu pengajaran dan publikasi 

LMS dirancang sebagai pusat pengelolaan sistem pembelajaran daring yang digunakan untuk menyediakan bahan ajar dan memfasilitasi interaksi. LMS juga menyimpan data penelitian yang melimpah, seperti data log dan transkrip diskusi.Transkrip diskusi adalah sumber data yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kesalahan pemahaman. Dilengkapi dengan concept map, Quantitative Content Analysis (QCA) terhadap transkrip diskusi mengungkap miskonsepsi matematis di kelas Aljabar Linear yang perlu digali akar permasalahannya. Deteksi dini miskonsepsi ini diperlukan dosen untuk membantu mahasiswa mengoreksinya sebelum menjadi kesalahan yang lebih fatal. Miskonsepsi yang sistematis terjadi di kelas mengindikasikan adanya kesalahan umum dalam berpikir. Kesalahan pemahaman juga mencerminkan kesulitan belajar yang dihadapi. Analisis data log dengan data mining mengungkap perbedaan perilaku dan process  model mahasiswa dengan capaian tinggi dan rendah (Nan Cenka 2022). 

Automatic content analysis pada transkrip diskusi daring konteks Indonesia masih sangat terbatas, padahal potensi manfaat sangat besar, antara lain kontribusi data set, membantu dosen menentukan intervensi/bantuan belajar tepat waktu karena hasil analisis real time. Di Laboratorium DL2 Fakultas Ilmu Komputer UI dikembangkan sistem automatic content analysis untuk Model CoI komponen kehadiran kognitif (Ahmad et al., 2022).

(2) inovasi pengayaan LMS

LMS menyediakan kebutuhan umum penyediaan materi, memfasilitasi interaksi dan evaluasi, serta menyimpan data log. Kebutuhan khusus misalnya untuk mendukung interaksi berbasis Model CoI atau fasilitas kolaborasi penyusunan concept map perlu dikembangkan sendiri. Demikian juga dalam menjawab kebutuhan pembelajaran yang terpersonalisasi. Beberapa inisiasi pengayaan SCELE Fasilkom telah dilakukan antara lain: Diaria: Personalized learning environment lingkungan belajar personal yang dikembangkan untuk memfasilitasi refleksi dan peta konsep yang membantu mahasiswa memantau kemajuan belajarnya sendiri (Cenka et al., 2022) dan Antarmuka Mendukung CoI yang terintegrasi dengan forum diskusi daring dengan berbagai fitur untuk mendorong mahasiswa berinteraksi secara bermakna (Hasani et al., 2022). Inisiasi pengembangan sistem tersebut masih memerlukan kerja keras untuk sampai dapat dimanfaatkan. Pengayaan sistem perlu dibarengi dengan penelitian.

(3) AI untuk pendidikan

Berdasarkan dokumen Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial (Stranas KA) dimana peneliti UI terlibat dalam penyusunannya, terdapat beberapa bentuk implementasi AI di bidang pendidikan. Komitmen UI dalam bidang AI salah satunya diwujudkan dalam kerjasama dengan Tokopedia melalui pengembangan Tokopedia-UI AI Center Fakultas Ilmu Komputer UI. AI Center dilengkapi dengan the NVIDIA DGX-1, infrastruktur komputasi terkini untuk AI dan Deep Learning. Melalui berbagai upaya dan program dengan dukungan teknologi AI ini kita berharap education research khususnya di lingkungan UI dapat terus berkembang dengan variasi bentuk penelitian dan kolaborasi antarbidang. Berbagai manfaat AI tentu saja sangat menjanjikan pendidikan di masa depan. 

OCL pada  mata ajar matematika 

Sebagian mahasiswa mempunyai pengalaman kurang menyenangkan dengan matematika. Umumnya, mereka mempunyai kepercayaan diri rendah terhadap mata ajar ini. Mereka kesulitan mengaitkan konsep baru dengan yang telah dipelajari sebelumnya. Penelitian menunjukkan bahwa motivasi dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika rendah, maladaptive behavior, cemas, cenderung menghindari, menarik diri, tidak terlibat aktif, merasa kurang punya kendali atas keberhasilannya. Rendahnya keterlibatan dipicu keraguan untuk apa mereka belajar matematika. Padahal, perkembangan teknologi membutuhkan dukungan penguasaan matematika yang kuat, baik secara substansi maupun kemampuan berpikir kritis. Semakin banyak terungkap penerapan matematika yang dahulunya dipandang sebagai konsep abstrak. Mengajar matematika untuk peradaban perlu mengembalikan pendidikan matematika  pada dua tujuan utamanya yaitu: (1) membekali mahasiswa dengan tools untuk penyelesaian masalah, dan (2) mempertajam penalaran matematis (berpikir kritis) melalui pembelajaran aktif kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif daring membantu mahasiswa mengomunikasikan gagasan matematika secara jelas dan seksama dan menghargai pengalaman belajar matematika.  

Jika digambarkan, perbedaan tuntutan peran dosen-mahasiswa dahulu ibarat perahu naga dan perahu karet. Perahu naga dengan dengan komando satu arah sudah tidak sesuai karena medan tak setenang Danau Kenanga. Di era transformasi digital pembelajaran memerlukan fleksibilitas peran dosen dan mahasiswa. Perahu naga akan patah di arus deras perubahan dan tikungan-tikungan tajam disrupsi teknologi. Pada perahu karet, dosen dan mahasiswa secara dinamis dan fleksibel berbagi roles dan tanggung jawab. Strategi pembelajaran adalah seni. Tidak ada satu metode pembelajaran yang cocok pada segala situasi. Inilah yang membuat kajian di bidang pendidikan senantiasa menarik untuk diperbincangkan. Mengajar adalah menanam benih untuk masa depan bangsa. Para pakar sepakat bahwa, cara dosen mengajar mencerminkan pemahamannya tentang ‘makna belajar’.  Saya meyakini bahwa: Cara kita mengajar adalah cerminan rasa syukur, cinta pada peserta didik dan bangsa. 

Bahan Rujukan

Ahmad, M., Junus, K., & Santoso, H. B. (2022). Automatic content analysis of asynchronous discussion forum transcripts: A systematic literature review. Education and Information Technologies, 27(8), 11355-11410.

BPPT. (2020). Strategi Nasional untuk Kecerdasan Artifisial (STRANAS KA). Jakarta, Indonesia: BPPT.

Garrison, D. R., Anderson, T., & Archer, W. (2000). Critical inquiry in a text-based environment: Computer conferencing in higher education. The internet and higher education2(2), 87-105.

Garrison, D. R., & Arbaugh, J. B. (2007). Researching the community of inquiry framework: Review, issues, and future directions. The Internet and Higher Education10(3), 157-172.

Hasani, L. M., Santoso, H. B., & Junus, Kasiyah (2022). Designing asynchronous online discussion forum interface and interaction based on the Community of Inquiry framework. International Review of Research in Open and Distributed Learning23(2), 191-213.

Cenka, B. A. N., Santoso, H. B., & Junus, Kasiyah (2022). Analysing student behaviour in a learning management system using a process mining approach. Knowledge Management & E-Learning: An International Journal14(1), 62-80.