Kuliah Umum University of Birmingham: Membuka Wawasan Mahasiswa Fasilkom UI tentang Etika Artificial Intelligence

Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia > Campus News > Kuliah Umum University of Birmingham: Membuka Wawasan Mahasiswa Fasilkom UI tentang Etika Artificial Intelligence

Depok, 7 November 2025  — Kelas Khusus Internasional Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (KKI Fasilkom UI) mendapat kunjungan dari University of Birmingham di Gedung Baru Fasilkom UI. KKI merupakan salah satu program unggulan Fasilkom UI untuk jurusan Ilmu Komputer yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menempuh studi di Indonesia sekaligus di luar negeri, seperti di Inggris dan Australia, melalui skema gelar ganda. Program ini terwujud melalui kerja sama dengan sejumlah universitas ternama dunia, antara lain University of Birmingham, Australian National University (ANU), University of Queensland (UQ), Deakin University, dan RMIT University. Program ini dirancang untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya menguasai ilmu komputer secara mendalam, tetapi juga memiliki wawasan global dan kemampuan bersaing di tingkat internasional. Mahasiswa KKI berkesempatan memperoleh dua gelar sarjana sekaligus, yakni Sarjana Ilmu Komputer (S.Kom.) dari Universitas Indonesia dan Bachelor of Computer Science atau Bachelor of Information Technology dari universitas mitra luar negeri.

Kuliah umum yang dibawakan oleh University of Birmingham ke Fasilkom UI diwakili oleh Dr. Phillip Smith, seorang Associate Professor sekaligus Head of Student Development and Support di School of Computer Science, University of Birmingham. Dr. Phillip berperan sebagai dosen di School of Computer Science dan menjadi salah satu pengajar utama di bidang Natural Language Processing (NLP) dan Artificial Intelligence (AI). Dalam kuliah umum Fasilkom UI, Dr. Phillip membawakan tema AI atau kecerdasan artifisial yang memadukan perspektif teknologi dengan refleksi etika. 

Dalam kuliah ini, Dr. Phillip menyoroti minat penelitiannya pada NLP, khususnya sentiment analysis, serta bagaimana fungsi wacana dapat memengaruhi performa machine learning classifier dalam memahami emosi dan konteks bahasa manusia. Ketertarikan akademiknya ini tampak dalam cara beliau membawakan materi yang tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga mengajak peserta berpikir kritis terhadap dampak sosial dan etika dari perkembangan AI di masa depan.

Dalam sesi yang berlangsung interaktif, Dr. Phillip mengajak mahasiswa merenungkan berbagai dilema moral dalam pengambilan keputusan berbasis AI. Ia memulai dengan skenario menarik, sebuah mobil mengalami rem tidak berfungsi dan harus ‘memilih’ antara menabrak tembok yang membahayakan penumpang atau menabrak pejalan kaki yang sedang menyeberang jalan. Skenario ini kemudian dikembangkan dengan berbagai variasi seperti siapa penumpangnya, siapa pejalan kakinya, hingga kondisi lampu penyeberangan untuk menunjukkan kompleksitas etika yang mungkin dihadapi oleh sistem kecerdasan buatan.

Selain itu, Dr. Phillip juga membahas fenomena deepfake yang kian marak, terutama dalam ranah politik, dan bagaimana teknologi ini bisa berbahaya bagi masyarakat yang kurang memiliki literasi digital. Untuk menunjukkan kemajuan AI dalam bidang visual, beliau menampilkan delapan foto wajah manusia yang tampak nyata dan meminta mahasiswa menebak mana yang merupakan hasil buatan AI. Tak disangka, seluruh foto ternyata tidak ada yang foto asli dan dibuat oleh AI.

Sebagai penutup, Dr. Phillip menegaskan pentingnya tanggung jawab dalam pengembangan AI agar teknologi ini tidak disalahgunakan. Ia memberikan sejumlah rekomendasi, seperti audit sistem AI, transparansi sejak tahap perancangan (transparency by design), meninjau kembali asal-usul dan keaslian pengetahuan (rethink provenance and knowledge integrity), penerapan tanda pengenal digital (watermarking), pengembangan model bisnis baru terkait kepemilikan data, pelibatan kembali para kreator dan penerbit konten, serta edukasi bagi pengguna untuk meningkatkan kesadaran akan potensi dan risiko AI.

Materi kemudian berlanjut dengan pengenalan University of Birmingham. Dr. Phillip menjelaskan suasana perkuliahan dan berbagai fasilitas yang tersedia di kampus tersebut, serta memaparkan persyaratan yang perlu dipenuhi bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan studi di sana, seperti visa, paspor, dan sertifikat kemampuan bahasa Inggris.

Melalui kuliah umum ini, mahasiswa Fasilkom UI memperoleh wawasan yang lebih luas mengenai etika dan tanggung jawab moral dalam pengembangan AI. kuliah umum ini juga menjadi pengingat penting bagi calon profesional di bidang ilmu komputer untuk selalu mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan di tengah pesatnya kemajuan teknologi. Selain itu, mahasiswa turut mendapatkan gambaran mengenai kehidupan akademik di University of Birmingham, termasuk peluang akademik dan langkah-langkah yang dapat dipersiapkan sejak dini bagi mereka yang bercita-cita melanjutkan studi ke sana.