Depok, 5 Mei 2025 — Di tengah kebutuhan global akan talenta digital kelas dunia, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI) sejak lama merancang strategi pendidikan internasional melalui program joint degree. Program ini memberikan kesempatan mahasiswa untuk belajar di dua universitas—Fasilkom UI dan universitas mitra luar negeri—dalam waktu tempuh yang relatif efisien.
Fasilkom UI sendiri menggandeng lima universitas ternama di Australia: University of Queensland, Australian National University, Deakin University of Australia, dan RMIT University. Kemitraan ini bukan hal baru, bahkan telah dimulai lebih dari dua dekade lalu. “Mitra yang pertama adalah University of Queensland yang sudah bekerja sama sejak tahun 2002. Adapun kerja sama dengan mitra yang lain dimulai setelah 2010,” ungkap Alfan Farizki Wicaksono, ST, MSc, PhD, Koordinator Program Studi Sarjana Ilmu Komputer dan Kelas Internasional Fasilkom UI.
Alfan menjelaskan bahwa kerja sama ini tidak semata karena kekuatan keilmuan bidang, tetapi juga pertimbangan geografis. “Semuanya sama baiknya dalam konteks ilmu komputer secara umum. Kita bermitra dengan kampus-kampus di Australia karena kampus-kampus di sana bagus dalam hal Ilmu Komputer, juga mempunyai lokasi yang tidak jauh (ekonomis) dari Indonesia,” jelasnya.
Untuk bisa menjalankan program joint degree ini, kedua pihak terlebih dahulu pencocokan kurikulum. Jika cocok, Alfan menjelaskan, proses dilanjutkan dengan pembuatan perjanjian antara kedua belah pihak. “Secara capaian pembelajaran lulusan (CPL), program KKI Joint Degree sejajar dengan program reguler, hanya saja Program KKI Joint Degree mungkin saja mengambil kuliah yang berbeda saat berada di kampus mitra (tetapi masih dalam koridor CPL yang sama),” ujarnya.
Tidak hanya menawarkan ijazah ganda, Program KKI—juga membawa mahasiswa keluar dar dari zona nyaman mereka. Untuk diketahui, mahasiswa menghadapi transisi saat berpindah ke kampus luar negeri. “Tantangan utamanya antara lain gaya pengajaran yang baru dan lebih mengedepankan kedewasaan, materi yang mungkin lebih menantang, tantangan non-akademis seperti tinggal di luar negeri sendiri,” ujar Alfan.
Fasilkom UI sendiri memfasilitasi mahasiswa selama masa transisi terutama dalam hal administratif dan koordinasi dengan universitas mitra. “Secara umum, sebenarnya ketika mahasiswa berada di kampus mitra, maka pihak kampus mitra yang lebih mendukung dan membantu kehidupan mereka di sana,” kata Alfan.
Berkenaan dengan itu, pengalaman belajar di luar negeri menjadi ruang tumbuh yang signifikan bagi mahasiswa. Hal ini seperti dituturkan oleh Cyrill Wicaksono, alumni program joint degree yang membagikan pengalamannya di Medium. Dalam tulisannya berjudul Moving to Australia: Challenges, Experiences, and Honestly a (not so) Short Break, ia menulis, “Pengalaman belajar di ANU sangat menarik dan terasa berbeda bagi saya. Proses pembelajaran sangat berpusat pada mahasiswa; artinya, semuanya sangat bergantung pada inisiatif pribadi mahasiswa. Kita benar-benar dituntut untuk memahami konsep secara mendalam dan mandiri,” tutur Cyrill.
Di balik tantangan tersebut, hasilnya sangat menjanjikan. Berdasarkan data alumni, banyak lulusan program joint degree Fasilkom UI kini bekerja di berbagai perusahaan ternama di Australia, Jerman, Jepang, hingga Indonesia sendiri. Nama-nama seperti Andrea Betarani (Senior API Developer di Energy Queensland), Dzaki Alyafi (Supply Chain Specialist di Nanosonics Limited), dan Vincentius A. Sundjaja (Junior Data Engineer di Bizcubed Sydney) adalah contoh nyata lulusan yang berhasil berkarier di luar negeri.
Tak sedikit pula yang memilih pulang dan membangun kontribusi di dalam negeri. Beberapa menjadi pendidik, dosen, bahkan wirausahawan teknologi. “Setelah lulus; beberapa dari mereka ada yang mempunyai bisnis di Indonesia; atau bahkan ada juga alumni KKI yang menjadi dosen di Fasilkom UI,” ujar Alfan.
Program ini juga memperkuat solidaritas antar angkatan. Alfan menyebut bahwa jaringan alumni KKI sangat aktif membantu mahasiswa yang baru berangkat. “Biasanya kakak kelas membantu adik kelasnya untuk mendapatkan magang atau internship di perusahaan tempat mereka bekerja,” katanya.
Lulusan program KKI Fasilkom UI tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga sangat adaptif dalam berbagai konteks kerja global. Alfan menyebut, meski belum ada data kuantitatif untuk membandingkan prospek kerja lulusan reguler dan joint degree, semua lulusan Fasilkom terbukti bisa bersaing di pasar tenaga kerja nasional maupun internasional. “Kami tidak mempunyai data yang pasti untuk membandingkan kedua hal ini. Namun, saya pikir keduanya bukan untuk dibandingkan. Lulusan kita baik itu reguler/joint degree, secara data, dapat bekerja di perusahaan-perusahaan yang baik, ” tutur Alfan.
Melihat manfaat besar dan antusiasme yang terus tumbuh, Fasilkom UI berencana memperluas cakupan program KKI. “Ke depannya, program KKI tidak hanya akan di prodi Ilmu Komputer, tetapi juga Sistem Informasi,” tutup Alfan.

