Cerita Made Harta Dwijaksara tentang Riset IoT sampai Keamanan Siber

Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia > People Stories > Cerita Made Harta Dwijaksara tentang Riset IoT sampai Keamanan Siber

Depok, 7 November 2025 – Di tengah pesatnya transformasi digital saat ini, ada Made Harta Dwijaksara, dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI), salah satu sosok akademisi yang berpengalaman meneliti di bidang jaringan komputer, Internet of Things (IoT), dan keamanan siber. Bidang-bidang tersebut kini kian relevan dan dekat dengan kehidupan keseharian kita.

Made sendiri mengakui pilihannya meneliti IoT bukan kebetulan. Ketertarikannya berawal dari tren global ketika teknologi tersebut mulai berkembang pesat dan kebetulan ia menggeluti bidang network dulu.

“Ditambah lagi saya S2 di Korea, salah satu leading country untuk pengembangan IoT, jadi itu yang membuat saya memilih bidang ini,” ujar Made.

Made melanjutkan, masyarakat sebenarnya sudah akrab dengan IoT meski tak selalu menyadarinya. Ia menyebutkan Bluetooth, NFC, RFID, sampai infrared di remote TV yang merupakan aplikasi IoT.

`Ia juga memberikan contoh menarik atas kemudahan menggunakan RFID dari sektor logistik. “Kalau barcode harus di-scan satu per satu, RFID bisa mendeteksi satu kontainer barang secara otomatis hanya lewat gate reader,” ucapnya. Contoh lainnya di level infrastruktur kota seperti smart city, teknologi ini sudah digunakan untuk sistem lampu jalan otomatis. 

Made sedikit bercerita pengalaman yang meninggalkan pembelajaran dari studinya di Negeri Gingseng. Baginya, orang Korea sangat ulet meski tak memiliki sumber daya alam besar.

Hal ini terbukti, Made menjelaskan, walau sempat tertinggal, negara ini sekarang melampaui Indonesia karena masyarakatnya bekerja keras dan sedikit mengeluh. Itulah yang membuat Korea bisa di titik sekarang, dan hal ini bagus untuk ditiru menurutnya.

Dalam keamanan siber, Made menempuh jalur itu sejak masa studi sarjana karena begitu menyukainya, dengan tugas akhir di bidang yang sama. “Di S2 dilanjutkan, dan S3 lebih general di jaringan. Motivasi awalnya justru untuk mengamankan data pribadi sendiri dulu,” ujarnya. 

Minat mahasiswa 

Made melihat minat mahasiswa pada IoT dan cyber security saat ini terbilang tinggi. Meski demikian, ia menjelaskan bahwa belum ada mata kuliah IoT yang resmi berdiri sendiri di Fasilkom UI. 

“Memang belum ada secara official, tapi sudah direncanakan. Materinya masih disisipkan di jaringan komputer dan mata kuliah mobile technology,” katanya.

Bagi mahasiswa yang ingin terjun meneliti IoT dan cyber security, ia mengatakan, programming, matematika, jaringan, sistem komputer, dan kriptografi merupakan fondasinya.

Karena hal itu, Made jadi mengingat riset S3-nya tentang enterprise Wi-Fi, salah satu penelitian paling berkesan baginya. Penelitian itu mengembangkan algoritma supaya router-router Wi-Fi tidak “saling mengganggu”, dan user tetap nyaman meski banyak digunakan pengguna. Riset itu kini terasa relevan, terutama ketika koneksi internet menjadi salah satu hal utama dan fondasi untuk beraktivitas dan industri.

Ia pun menyinggung koneksi internet di Indonesia yang lambat dibanding negara lainnya dan sering dikeluhkan masyarakat belakangan. Menurutnya, hal itu tidak hanya soal teknologi, tetapi kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Karena itu, memasang fiber optic ke semua titik begitu mahal dan sulit. 

Di sisi keamanan siber, baginya tantangan bagi negara ini justru bukan kurangnya teknologi. Teknologi menurutnya sudah bagus, tetapi kesadaran pengguna masih menjadi kendala. Untuk itu, keamanan cyber harus dibangun sejak dini. “Banyak masalah terjadi karena orangnya teledor karena pakai password mudah, diulang-ulang,” ujar Made. 

Lebih jauh Made optimistis dengan perkembangan digitalisasi nasional. Hal ini dapat dilihat dari harga smartphone yang makin terjangkau dan banyak orang bisa mengakses layanan digital. Ia juga melihat fenomena kreator digital dan pendorong teknologi AI akan mempercepat ekosistem kreatif dan digital.

Namun ada catatan penting: Ia mengatakan masyarakat perlu literasi digital agar bisa memilah informasi. Kalau tidak, akan banyak miskomunikasi dan itu berpotensi memecah belah.

Cerita Made Harta Dwijaksara di atas mencerminkan bahwa masa depan teknologi di Indonesia kian maju, tetapi kita harus tetap berhati-hati pada isu keamanan. Pengalaman akademik internasional, riset, hingga kontribusinya menjadi bagian penting menyiapkan generasi bertalenta teknologi untuk masa depan.