Seminar dengan tema “Nusantara, Nagarakretagama dan Kearsipan Indonesia” diselenggarakan pada 9 Februari 2022 secara daring oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dan Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI). Salah satu dari Pembicara dalam seminar tersebut adalah Prof. Yudho Giri Sucahyo (Dosen dan Guru Besar Fasilkom UI ) dalam diskusi interaktifnya Beliau memaparkan dari aspek teknologi terkait Modernisasi Mahakarya Nusantara.
Kita dapat menulis aksara jawa karena aksara jawa sudah berhasil didigitalkan dan sudah terdaftar di Unicode yang sudah bisa diakses di gawai atau gadget dan sebagainya, Namun jika dilihat Karya Mpu Prapanca tahun 1365 ditulis dalam Bahasa Kawi yang terkenal dengan Jawa Kuno sudah masuk dalam Memory of the World Unesco. Jika melihat laman Unesco tidak hanya Nagarakretagama Karya Mpu Tantular tetapi Babad Dipenogoro dan La Galigo adalah karya besar yang menjadi kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan termasuk kebanggaan bangsa Indonesia, ada enam ribu halaman yang masuk Memory of the World Unesco dan cerita soal Panji. Sayangnya sampai sekarang jika dilihat dari aspek teknologi belum semua aksara nusantara menjadi aksara digital yang merupakan kebanggaan Mahakarya Nusantara. Ini merupakan kekhawatiran yang ingin menghadirkan kembali Mahakarya Nusantara dengan memanfaatkan Teknologi sehingga dapat dipelajari oleh generasi berikutnya.
Dengan upaya perkembangan teknologi generasi millennial dapat belajar aksara nusantara untuk masa kini demi masa depan bangsa dengan mendigitalisasikan berbagai aksara nusantara yang hadir secara digital. Untuk saat ini terhitung tujuh aksara nusantara seperti aksara bali, batak, bugis, jawa, makasar, rejang dan sunda yang sudah digitasi oleh Unicode (standar pengkodean karakter yang universal) Padahal Indonesia memiliki 700 lebih bahasa daerah yang saat ini sudah teridentifikasi dan lebih dari 30 bahasa yang sudah punya aksara, bahkan aksara Hanocoroko termasuk lima huruf terindah di dunia terakit dengan aksaranya.
Beliau menyampaikan Pemanfaatan Teknologi dalam mendigitalisasikan aksara nusantara yang akan terancam punah. Ketika aksara nusantara sudah dianggap tidak ada, maka hilang juga cara berpikir, keunikan, sumber daya dan pengetahuan yang luar biasa, maka kemungkinan akan punah sangat besar jika tidak digitasi dan digitalisasikan.
Teknokrat bekerjasama dengan penggiat aksara, dan budayawan berusaha menghadirkan aksara digital dan dibantu dengan Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) dengan membangun website: merajutindonesia.id. yang melestarikan penggunaan aksara nusantara dengan program Merajut Indonesia melalui Digitalisasi Aksara Nusantara. Kami sudah berusaha mendigitalisasikan aksara nusantara, tutur Prof. Yudho Giri Sucahyo sekaligus menjadi Ketua PANDI. Alhamdulillah akhir tahun 2021 sudah didukung oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN ) yang menetapakan dua Standar Nasional Indonesia (SNI) Terkait digitalisasi aksara nusantara, yakni SNI 9047:2021 Fon (font) aksara nusantara, dan SNI 9048:2021 Tata letak papan tombol aksara nusantara.
Diharapkan akan lebih banyak lagi aksara nusantara yang sudah dapat digitalisasikan di tahun- tahun berikutnya, sehingga mempermudah digitalisasi terhadap aksara nusantara tersebut, dapat setara dengan huruf latin, dan bisa diakses dengan mudah melalui aplikasi gadget sehingga bukan generasi masa kini saja tetapi termasuk generasi mendatang akan bangga dan mencintai aksara nusantara karena sudah hadir secara digital.
Ini merupakan perjalanan panjang namun ini merupakan titik awal untuk memulai kekayaan Mahakarya Nusantara. UI tempat bernaung dan kami sedang meneliti mendigitalisasikan aksara pegon. Aksara pegon biasanya digunakan pesantren di Jawa. Penelitian ini yang dipromotori oleh Prof. Heru Suhartanto, Ph.D merupakan langkah bagaimana aksara pegon menapaki menjadi aksara digital.