Transformasi digital dalam pendidikan nasional yang dicanangkan sejak lama, kini menjadi harus dilakukan karena pandemi. Pemerintah tidak dapat melakukannya sendirian tanpa kerja sama pentahelix.
Arahan Presiden Joko Widodo untuk belajar dari rumah pada masa pandemi telah mengubah jalannya proses pendidikan. Dalam kurun waktu tiga bulan sejak itu, sektor pendidikan melakukan transformasi digital besar-besaran. Kegiatan pendidikan, mulai dari seleksi, proses belajar, sampai wisuda, dilaksanakan secara daring.
Pemerintah, guru, siswa, sekolah, dan orangtua bersinergi agar pembelajaran dapat tetap berjalan. Komunitas internet, seperti PANDI, APJII, dan Relawan TIK, yang tersebar di semua provinsi juga terus bekerja menjaga kelancaran internet dan meningkatkan literasi digital masyarakat. Problem kesenjangan digital dan literasi digital yang selama ini menjadi akar masalah mendadak harus diselesaikan dengan berbagai improvisasi.
Surat keputusan bersama empat menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran menyatakan, hanya satuan pendidikan yang berada di daerah zona hijau yang dapat melakukan pembelajaran tatap muka dengan segala persyaratannya, yang artinya 94 persen didik akan tetap melakukan kegiatan belajar dari rumah.
Dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR pada 2 Juli 2020, Mendikbud Nadiem Makarim mewacanakan bahwa pembelajaran jarak jauh (PJJ) akan bersifat permanen karena adaptasi terhadap teknologi tidak akan kembali lagi. Adaptasi teknologi yang dimaksud mulai terlihat dalam keseharian kita saat ini yang telah terbiasa melaksanakan rapat daring, padahal sebelum pandemi sangat jarang digunakan.
Pembelajaran daring bagi sebagian siswa bukanlah hal yang baru. Sebelum pandemi, saat pembelajaran guru dirasakan kurang mencukupi, sebagian melengkapinya dari program bimbingan belajar dan sebagian lagi memanfaatkan platform seperti Ruangguru, Quipper, Zenius, atau mencari di Youtube.
Menjadi tantangan bersama untuk mengatasi ketimpangan pembelajaran dengan memastikan bahwa seluruh siswa memiliki fasilitas akses ke sumber daya pembelajaran dan seluruh sumber daya pembelajaran yang diperlukan dapat diakses tanpa kendala ekonomi atau dengan kata lain tidak boleh ada satu siswa pun yang tertinggal.
Pernyataan Mendikbud tentang PJJ yang akan bersifat permanen tentu menuai berbagai tanggapan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Mendikbud juga mengatakan bahwa arah Peta Jalan Pendidikan Indonesia adalah membangun Pelajar Pancasila yang memiliki enam profil, yaitu Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia; Berkebinekaan Global; Bergotong Royong; Bernalar Kritis; Mandiri; dan Kreatif.
Saling mengisi dan melengkapi
Menjadi pertanyaan apakah seluruh aspek dalam definisi Pendidikan dan profil Pelajar Pancasila dapat dilaksanakan sepenuhnya secara daring. Apakah kecerdasan intelektual sekaligus kecerdasan spiritual dan emosional dapat diberikan secara sepenuhnya melalui pembelajaran daring? Apakah hubungan guru dan murid di mana guru yang ”digugu” dan ”ditiru” sekaligus pendidik moral, etika, integritas, dan karakter masih dapat terbentuk?
Tentu saja PJJ tidak dapat menggantikan sepenuhnya proses pembelajaran fisik di kelas, sekolah, dan kampus. Keduanya hadir untuk saling melengkapi, bukan untuk saling menggantikan. Rasa cinta dan hormat kepada guru tumbuh saat seorang murid mencium tangan guru saat masuk sekolah dan pulang sekolah serta interaksi personal yang terjadi selama proses pendidikan.
Rasa cinta Tanah Air tumbuh saat kita merinding menyanyikan lagu kebangsaan ”Indonesia Raya” karena atmosfer semangat yang kita rasakan dalam upacara bendera. Kebinekaan baru teruji saat kita berinteraksi secara fisik dengan teman sekolah atau kuliah dari berbagai kalangan.
Kondisi pandemi memaksa sebagian besar daerah di Indonesia yang belum hijau untuk melaksanakan kegiatan belajar dari rumah karena kesehatan dan keselamatan siswa, guru, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat adalah prioritas utama. Kualitas pendidikan yang tentu berbeda jika dilakukan secara tatap muka di kelas perlu ditoleransi dengan memfokuskan kepada aspek tertentu yang masih dapat efektif jika dilakukan secara daring.
Pada pertengahan April, Presiden Jokowi mengatakan bahwa pandemi akan berakhir pada akhir tahun ini dan booming yang akan muncul setelahnya harus dapat dimanfaatkan dengan baik. Pada Konferensi Forum Rektor Indonesia, Mendikbud mengajak untuk memanfaatkan efisiensi yang dihadirkan teknologi dalam membangun kekuatan bersama mewujudkan Indonesia Maju.
Kebinekaan baru teruji saat kita berinteraksi secara fisik dengan teman sekolah atau kuliah dari berbagai kalangan.
Pekerjaan rumah semester II-2020
Pendidikan di era normal baru akan dihiasi dengan kombinasi pembelajaran daring dan luring yang bersifat saling mengisi dan melengkapi. Guru lebih berperan sebagai fasilitator untuk melengkapi kompetensi siswa dari bahan ajar daring maupun luring.
Konten yang tersedia bukan hanya berisi materi ajar, seperti dalam buku teks, melainkan juga materi dari praktisi industri. Siswa akan lebih merdeka menambah pengetahuan dari berbagai konten daring dan untuk itu, terdapat empat hal yang perlu dikejar pada semester kedua tahun 2020.
Pertama, konten pembelajaran tidak akan ada artinya jika tidak ada fasilitas untuk mengakses konten tersebut. Infrastruktur Palapa Ring, tulang punggung internet Indonesia yang telah diselesaikan di akhir tahun 2019, perlu segera diteruskan agar segera menjangkau rumah, sekolah, kampus, dan lokasi belajar lainnya. Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama para penyedia jasa internet berperan penting terkait hal ini.KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengajar secara daring siswa sekolah dasar kelas VI Surabaya di halaman Balai Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (15/5/2020). Dalam kesempatan tersebut, secara khusus Tri Rismaharini memotivasi siswa untuk tetap bersemangat meraih cita-cita walau dalam kondisi pandemi dan belajar di rumah.
Kedua, perhatian khusus perlu diberikan kepada siswa dan sekolah yang memiliki keterbatasan fasilitas akses ke konten pembelajaran serta penyediaan sarana belajar bagi siswa. Penyediaan fasilitas Wi-Fi gratis di banyak tempat publik oleh pemda dapat menjadi salah satu solusi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Ketiga, selagi infrastruktur dan akses dibangun, peningkatan literasi digital perlu dilakukan terhadap siswa, mahasiswa, guru, dosen, orangtua murid, dan tenaga kependidikan di sekolah dan kampus. Literasi digital yang dibangun tentu perlu disesuaikan dengan peran dan fungsi dari setiap pihak. Dinas Pendidikan, Dinas Komunikasi dan Informatika, serta komunitas internet di setiap daerah perlu bersinergi meningkatkan literasi digital masyarakat.
Keempat, selagi kesenjangan infrastruktur dan kesenjangan literasi digital dibenahi, konten dan platform pembelajaran mengikuti kurikulum standar nasional perlu disediakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Platform yang disediakan menjadi platform standar nasional sehingga setiap sekolah tidak perlu membangun atau mencari platform yang lain dan cukup mengakses platform kementerian.
Transformasi digital dalam pendidikan nasional yang dicanangkan sejak lama, kini menjadi harus dilakukan karena pandemi.
Yang menarik dari PJJ, guru dan praktisi terbaik dapat dihadirkan ke seluruh wilayah Indonesia secara daring. Ini adalah bentuk dari efisiensi teknologi yang disampaikan oleh Mendikbud untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia secara bersamaan.KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Orangtua murid mewakili sekolah mengalungkan medali kelulusan saat pengumuman kelulusan murid kelas VI SD Santo Leo II Jakarta Barat secara daring di rumah, Senin (15/6/2020).
Empat bulan telah berlalu dan pandemi memaksa seluruh komponen pendidikan memanfaatkan teknologi dalam proses pendidikan. Teknologi membuka peluang bagi Indonesia untuk membangun kekuatan bersama mewujudkan Indonesia Maju.
Transformasi digital dalam pendidikan nasional yang dicanangkan sejak lama kini menjadi harus dilakukan karena pandemi. Pemerintah tidak dapat melakukannya sendirian tanpa kerja sama pentahelix dengan akademisi, industri, komunitas, dan media. Kita bangsa petarung, saatnya bergotong royong bekerja sama mewujudkan SDM Unggul Indonesia Maju.
This page is also available in: English