Startup AI Legal-tech Klaussa Karya Mahasiswa Fasilkom UI Raih Pendanaan dan Dukungan dari UI Incubate, Google, dan NVIDIA

Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia > Campus News > Startup AI Legal-tech Klaussa Karya Mahasiswa Fasilkom UI Raih Pendanaan dan Dukungan dari UI Incubate, Google, dan NVIDIA

Depok, 18 November 2025 – Fasilkom UI – Ekosistem inovasi berbasis kecerdasan artificial (AI) di Universitas Indonesia makin menunjukkan daya saing global. Pada perayaan DIES Natalis ke-39, startup legal-tech Klaussa, yang dikembangkan para mahasiswa Fasilkom UI resmi diumumkan sebagai salah satu inovasi tahun ini setelah berhasil meraih pendanaan dan dukungan dari UI Incubate, Google, dan NVIDIA.

Startup yang digagas dari rangkaian penelitian di UI Center for Legal Informatics (LEXIN) ini membangun AI co-pilot untuk pengacara dan in-house legal team, dengan fokus menyelesaikan pekerjaan di bidang hukum yang repetitif, memakan waktu, dan rentan kesalahan. 

Tercatat, Klaussa kini mendapat tiga dukungan dan pendanaan strategis dari UI Incubate sebesar Rp300 juta, Google for AI Startups, dan NVIDIA Inception program. Pendanaan dan dukungan tersebut menandai validasi kuat terhadap potensi teknologi Klaussa untuk memodernisasi sektor hukum Indonesia.

Dalam presentasinya, Bryan Jeshua, mahasiswa Fasilkom UI dan perwakilan tim Klaussa menjelaskan bagaimana perkembangan AI mampu mengubah cara kerja di sektor hukum. Ia menegaskan pekerjaan di ranah legal selama ini penuh proses repetitif, mulai dari pencarian peraturan, drafting kontrak, hingga ekstraksi informasi dari dokumen ratusan halaman.

Bryan menyampaikan, dalam dunia legal pekerjaan pengacara atau tim legal internal begitu repetitif. Mereka harus mencari undang-undang, drafting, mengekstrasi informasi dari dokumen yang sangat tebal. Research dari Ernst & Young pun menunjukkan bahwa 20–30% pekerjaan itu repetitif. “Mereka tidak bisa melepaskan pekerjaan itu, karena itu prerequisite dari pekerjaan selanjutnya,” tutur Bryan. 

Klaussa menghadirkan tiga fitur utama yang dirancang untuk mengatasi permasalahan legal yang repetitif dan memakan waktu. Legal Research Assistant memanfaatkan retrieval augmented generation (RAG) untuk menampilkan peraturan yang relevan, memungkinkan pengguna “mengobrol” langsung dengan regulasi, sekaligus melihat citation dan bunyi asli undang-undang. 

Fitur Smart Contract Analysis memungkinkan analisis otomatis terhadap kontrak dari berbagai pihak menggunakan sistem guardrail yang menandai potensi risiko dengan kode merah-kuning-hijau, lengkap dengan rekomendasi revisi yang dapat diterapkan langsung di Google Docs. 

Sementara itu, Pipeline atau Agentic AI memungkinkan AI membaca puluhan kontrak secara simultan dan mengekstraksi data penting hanya dalam hitungan menit sehingga mempercepat proses yang biasanya membutuhkan waktu berhari-hari. Bryan menuturkan, pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan lima hari, dengan Klaussa bisa selesai dalam 15 menit. 

Klaussa sendiri dibangun dengan nilai-nilai yang mereka pegang sejak awal, yakni curiosity, interdisciplinarity, dan akses hukum yang setara. Bryan turut menceritakan bagaimana ide Klaussa lahir secara organik dalam diskusi-diskusi informal, seperti ketika mereka menikmati barbeku bersama. Pada momen itu, mereka berpikir bagaimana mencoba kemampuan AI untuk produktivitas ke domain ilmu lainnya seperti ilmu hukum. 

Mereka kemudian berdiskusi dengan para dosen dan puluhan praktisi hukum dari berbagai firma untuk memetakan empat masalah utama, yakni pekerjaan repetitif, sulit diskalakan, risiko human error tinggi, dan tuntutan faster turnaround time.

Pendekatan lintas disiplin inilah yang membuat Klaussa menarik perhatian ekosistem teknologi, termasuk Google Indonesia, Google Vietnam, serta NVIDIA.

Plh. Dekan Fasilkom UI, Prof. Dr. Ahmad Nizar Hidayanto, menyampaikan apresiasi terhadap lahirnya inovasi seperti Klaussa. Ia menegaskan bahwa Dies Natalis tahun ini mengangkat tema Cipta Solusi Unggul untuk Indonesia, dan bahwa karya mahasiswa seperti Klaussa adalah bukti kontribusi nyata Fasilkom UI di tingkat nasional.

Dalam sambutannya, Prof. Nizar mengatakan, hal itu bukan hanya simbol kontribusi akademik, melainkan juga kontribusi nyata untuk Indonesia. Menurutnya, Fasilkom UI pun masih bisa mempertahankan posisi nomor satu sebagai institusi ilmu komputer dan informasi berkat kerja keras dosen, para staf, dan mahasiswa.

Ia juga menegaskan pentingnya kolaborasi dan inovasi berkelanjutan sebagai satu institusi dengan bergandengan tangan agar bisa menjadi unggul. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara. 

Melalui Klaussa, para mahasiswa Fasilkom UI dapat dikatakan membuktikan inovasi teknologi anak bangsa dapat menghasilkan solusi strategis bagi sektor hukum. Klaussa kini menjadi salah satu contoh bagaimana AI dapat mengubah cara kerja profesi tradisional, sekaligus memperlihatkan kekuatan kreativitas mahasiswa dalam memanfaatkan teknologi. 

Selain Bryan Jeshua sebagai CEO, tim Klaussa saat ini terdiri dari Juan Dharmananda Khusuma (CTO), Salma Kurnia Dewi (CMO), Bryan Tjandra (AI Principal), Patrick Samuel (Product Lead), Eryawan Presma (Automation Engineer), serta para dosen pembimbing dari LEXIN, yaitu Adila Krisnadhi, Ph.D., Dr. Panca Hadi Putra, dan Alfan Farizki Wicaksono, Ph.D. Produk Klaussa dapat diakses melalui tautan https://klaussa.com