CAKAR JAYA DUA: Catur Karsa Jala Raya Dan Urusan Anda

Abstrak

Berikut merupakan versi Web dari UICS-51 yang disampaikan pada lokakarya LAPAN 1994 tanggal 17 November 1994 yang lalu (v.9411). Ini merupakan bagian kedua dari rangkaian yang diawali dengan makalah CAKAR JAYA lokakarya LAPAN 1993 lalu, serta ditutup dengan CAKAR JAYA TETE W.

Makalah yang lalu membahas mengenai empat karsa pembangun sebuah jala (jaringan) raya. Selama kurun waktu satu tahun ini, perjalaan (perjaringan) di Indonesia telah mengalami kemajuan yang pesat. Makalah ini --- kelanjutan dari makalah tersebut --- akan membahas mengenai apa yang harus dipersiapkan oleh sebuah institusi jika ingin bergabung dalam sebuah Jala Raya. Persiapan tersebut tetap mengacu pada keempat buah butir pokok tersebut.

Pendahuluan

Pada lokakarya LAPAN 1993 yang lalu, penulis membahas makalah CAKAR JAYA: Catur Karsa Jala Raya yang mencakup:

Selama satu tahun terakhir ini, terjadi banyak perubahan dalam dunia perjalaan Indonesia. Perubahan-perubahan tersebut, terungkap pada kejadian-kejadian berikut:

Perubahan-perubahan tersebut di atas mengakibatkan beberapa dampak. Tuntutan para pemakai (end users) sering tidak dapat dipenuhi oleh para administratur/pengelola komputer. Banyak institusi yang menghadapi masalah karena belum memiliki sebuah rencana pengembangan Teknologi Informasi yang tertulis secara khusus/terpisah atau pun yang menjadi bagian dari sebuah rencana induk. Diantara yang memiliki rencana, masih banyak yang belum memberikan penekanan akan pentingnya sebuah jala. Hal ini sangat berpengaruh pada pendanaan sebuah jala. Tanpa sebuah rencana matang dan tertulis, sulit mendapatkan anggaran pengembangan dan pengelolaan jala.

Jika makalah tahun lalu melakukan penekanan pada masalah global yang dihadapi perjalaan di Indonesia, maka makalah ini mencoba membahas beberapa masalah yang akan dihadapi dalam dunia perjalaan di Indonesia ditinjau dari sudut pandangan seorang pengelola jala. Peninjauan ini akan diikuti beberapa usulan berdasarkan pengalaman masa lalu, keadaan sekarang, dan prakiraan keadaan mendatang.

Pembahasan makalah akan dimulai dengan karsa pertama yaitu masalah dukungan, yang disambung dengan pembahasan mengenai penyediaan informasi. Sebagai penutup, akan dibahas mengenai penyediaan dan pengendalian infrastruktur. Ilustrasi penerapan pada uraian ini baru berbentuk usulan, yang bukan merupakan harga mati sehingga masih terbuka untuk didiskusikan.

Dukungan Luas Semua Fihak Terkait

Karsa utama Jala Raya ialah dukungan luas dari semua fihak terkait. Fihak terkait mencakup fihak penyelenggara jasa dan fihak pemakai jasa. Perlu ditekankan, tidak ada batas yang jelas antara kedua fihak tersebut. Fihak pemakai jasa ialah fihak yang memanfaatkan jasa jala. Fihak ini selain dapat dijenjang secara hirarkis, dapat pula sekali gus menjadi fihak penyelenggara.

Fihak penyelenggara jasa merupakan fihak yang mengoperasikan perangkat jala atau pun fihak yang mengendalikan kebijaksanaan tersebut. Fihak ini sering dikenal dengan nama network provider. Secara makro, fihak ini mencakup Dirjen Postel, P.T. Telkom, P.T. Lintas Arta, P.T. Gratika, P.T. Satelindo, P.T. Indosat, IPTEKnet, dan fihak lainnya. Secara mikro, network provider merupakan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) institusi yang bertanggung jawab dalam pengoperasian jala institusi tersebut. Secara sub-mikro, network provider dapat merupakan Sub-Unit Pelaksanaan Teknis. Terlihat bahwa fihak penyelenggara dapat dijenjang secara hirarkis.

Sebuah UPT dapat merupakan fihak pemakai jasa dari sebuah network provider dan juga menjadi network provider untuk sub-UPT-nya. Sub-UPT tersebut dapat menjadi network provider untuk sub-sub-UPT-nya, dan seterusnya hingga tingkatan terakhir yaitu pemakai akhir.

Dukungan dana merupakan hal yang sangat penting. Masalah ini merupakan hal yang sangat rumit pada setiap tingkatan. GBHN 1993 [GBHN93] dengan jelas mengungkapkan bahwa pada PJPT II, dana pembiayaan pembangunan terutama digali dari sumber kemampuan sendiri. Peranan masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan mendorong kesadaran, pemahaman, dan penghayatan bahwa pembangunan adalah hak, kewajiban, dan tanggung-jawab seluruh rakyat. Kesan bahwa jala dapat dioperasikan dengan sukarela oleh Sumber Daya Manusia yang bekerja paruh waktu harus dihapus karena merupakan anggapan yang menyesatkan.

Dukungan semua fihak dapat dibagi menjadi dukungan internal dan dukungan eksternal. Dukungan tersebut dapat ditingkatkan dengan memperhatikan hal-hal berikut:

Basis Data Nasional

Jenis pemakaian jala raya yang paling banyak ialah pengaksesan Basis Data. Pengertian basis data di sini ialah hal-hal yang berkaitan dengan informasi dan bukan hal-hal yang berkaitan dengan teknologi mutakhir perangkat lunak basis data.

Inti utama dari Jala Raya ialah penyediaan informasi secara cepat. Penyediaan informasi dapat berbentuk basis data maupun berbentuk diskusi elektronis. Untuk itu, dibutuhkan fihak yang menyediakan informasi tersebut.

Penyediaan informasi, dapat mulai dibudayakan walau pun tanpa teknologi tinggi seperti jala. Ini merupakan sebuah tantangan untuk sebuah masyarakat 'tertutup' yang penyebaran informasinya lebih sering melalui jalur informal.

Yang menjadi pertanyaan besar ialah mengenai informasi apa yang dibutuhkan oleh para pemakai. Juga, bagaimana para administratur mendapatkan informasi mengenai apa yang dibutuhkan oleh para pemakai. Lalu, bagaimana cara mendapatkan informasi tersebut untuk para pemakai. Sering sekali para administratur terjebak dengan mengasumsikan bahwa para pemakai membutuhkan informasi tertentu. Namun, belakangan ketahuan bahwa tidak satu fihak pun berminat terhadap informasi tersebut, termasuk para administraturnya.

Informasi minimum yang dibutuhkan biasanya mengenai dimana informasi tersebut dapat diambil serta bagaimana cara mengambil informasi tersebut. Cara mengambil informasi tidak selalu harus melalui jala. Informasi dapat dialihkan melalui telepon, fax, surat, mau pun kurir. Informasi itu sendiri tidak usah dipusatkan pada satu institusi tertentu. Hal yang lebih penting ialah bahwa informasi mudah diakses dan ada yang memelihara keakuratnya.

Sebagai langkah pertama, perlu diadakan survei mengenai informasi apa yang dibutuhkan oleh para administratur jala. Informasi tersebut dijamim akan ada yang memanfaatkan, apa lagi kalau survei tersebut dibuat oleh para administratur tersebut.

Mekanisme pengaksesan data perlu diperhatikan dengan seksama. Metoda akses multimedia yang canggih sering tidak cocok diimplementasikan karena menggunakan sumber daya jala yang besar. Metoda ini, termasuk penggunaan perangkat navigasi "Mosaic" yang sangat popular digunakan di luar negeri. Bahkan perangkat navigasi "gopher" dan perangkat alih berkas "ftp" mungkin masih sulit digunakan secara meluas.

Sumber informasi harus sedekat mungkin dengan para pemakai, sehingga duplikasi pengaksesan data dapat dikurangi. Akses informasi yang sama harus dihindari sebanyak mungkin dengan cara menduplikasi secara local sebanyak mungkin informasi yang sering diakses. Hal ini berasumsi bahwa biaya komunikasi sangat mahal, dan harga media penyimpanan (disk) relatif murah.

Backbone Nasional

Kebijaksanaan PELITA VI [GBHN93] dalam pembangunan pos dan telekomunikasi (POSTEL) diarahkan untuk mendukung peningkatan pembangunan Nasional dengan makin memperlancar arus surat, barang dan informasi. Telekomunikasi terus dikembangkan menjadi wahana yang dapat diandalkan untuk terselenggaranya arus berita, informasi, dan data baik. Nasional maupun Internasional secara lancar, jelas dan cepat.

Dalam rangka mensukseskan kebijaksanaan PELITA VI ini, dibutuhkan sebuah backbone nasional yang memungkinkan jala sebuah institusi berinteraksi dengan jala dari institusi lainnya.

Secara fisik, backbone nasional akan merupakan sekumpulan router yang saling dihubungkan dengan saluran data. Saluran data dapat memiliki kapasitas 1200 bps, 2400 bps, 9600 bps, 14400 bps, 64 kbps, dan seterusnya. Saluran data ini dapat berbentuk saluran sirkit sewa (leased-line), micro-wave, DOV (Data Over Voice), saluran telepon, paket radio, dan seterusnya,

Secara teknis, aspek backbone nasional sama dengan aspek gerbang nasional yang akan dibahas pada bab berikut. Beberapa hal spesifik yang harus diperhatikan diantaranya:

Gerbang Internasional

Gerbang Internasional penghubung Jala Raya dengan Internet merupakan hal yang sangat penting dan genting. Secara teknis, permasalahan yang dihadapi akan hampir serupa dengan permasalahan yang dihadapi oleh backbone nasional. Bab ini mencoba menguraikan beberapa masalah yang terkait dengan gerbang ini.

Komponen fisik dari gerbang Internasional ialah sepasang router yang dihubungkan dengan sebuah saluran data berkapasitas tinggi. Router pertama akan ditempatkan di sebuah negara yang memiliki interkoneksi internet yang baik. Besar kemungkinan, negara tersebut ialah Amerika Serikat, negara yang paling banyak memiliki interkoneksi internet. Router kedua akan menghadap ke backbone Nasional. Lokasi fisik ideal untuk untuk router ini ialah sebuah titik yang memiliki jarak rata-rata minimal (biaya termurah) dengan simpul-simpul lainnya. Kedua router tersebut di atas dihubungkan dengan saluran data berkapasitas tinggi.

Beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya:

Kesimpulan

Langkah pertama ialah mendapatkan dukungan yang luas. Dukungan akan lebih mudah diperoleh jika membuat sebuah rencana induk yang memuaskan semua fihak. Rencana ini melingkup rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang. Rencana Induk tersebut harus dapat diimplementasikan secara mikro mau pun makro.

Inti utama dari Jala Raya ialah penyediaan informasi secara cepat. Untuk itu, diperlukan informasi mengenai jenis informasi yang dibutuhkan. Mekanisme pengaksesan informasi perlu diperhatikan mengingat terbatasnya kapasitas jala di Indonesia.

Backbone nasional mau pun gerbang intenasional harus dikelola secara profesional. Sangat mustahil jika membebankan pengelolaan ini pada unit-unit penelitian dan pengembangan, serta oleh tenaga yang tidak bekerja penuh. Sangat dianjurkan agar setiap institusi mulai mengembangkan UPT (Unit Pelaksanaan Teknis) terkait.

Mempertahankan tenaga ahli agar tetap bekerja pada sebuat UPT merupakan hal yang sangat sulit. Sangat dianjurkan agar UPT mensub-kontrakan pengelolaan jala komputer pada fihak suasta.

Satuan harga (unit cost) pemindahan data paket merupakan aspek yang paling penting dalam pengelolaan jala baik secara makro, mau pun mikro, internasional maupun domestik. Selalu harus diusahakan kiat-kiat baru dalam penekanan satuan harga tersebut.

Daftar Pustaka